Selasa, 07 Januari 2014

''Suka kaweng'' tapi tak begini!!

  "Moko ondok" (bekeng tako), saat kita membicarakan tentang pernikahan di dunia yang udah moderen ini, karena banyak pasangan yang udah bertahun tahun pacaran mengurungkan niat mereka untuk menikah, yang lebih parah lagi, banyak pasangan yang telah mengubur dalam dalam mimpi mereka untuk naik ke pelaminan. Apa penyebab semua ini? Usut para usut ternyata ini di sebabkan adat yang tak pernah ada dalam sejarah Bolaang mongondow sedari jaman tete moyang dulu, yaitu adat "baku tindis", adat ini sengaja di buat buat oleh orang orang yang  ingin "pamer anak mantu,mana lebe sukses deng sapa punya lebe kaya'', jelas sifat ini sudah mengenyampingkan cinta antara dua insan yang menjalaninya, nampak jelas tembok yang di bangun oleh mereka (para orang tua) sangatlah tinggi "kalo bukang 200 juta jang datang kamari" atau, "kalo bukang jendral pe anak, blum stau!".

   Cerita kali ini , dikirimkan oleh seorang pembaca blog ini, namanya di samarkan saja seperti pengirim pengirim cerita yang lain, biar nggak terjadi gesekan dan kerusuhan antar sesama pembaca atau sesama orang kota. Langsung ajaa...

From: Maman abdulrahman ganggali (samaran)


    "Qt so suka' skali moo kaweng deng tape maytua, mar depe orang tua ada minta akang 100 juta for moo ba harta akang, ntau doi dri mana qt moo pete for kase pa depe orang tua zam, tamba le pesta samua qt yang musti tanggung. Co bayangkan kwa', depe anak qt ada dapa cuma deng vocer 100 ribu, masa' kong moo kaweng musti deng doi bagitu banya? Kan ini so ndak maso akal, dorang pe alasan minta bagitu banya, gara gara dong pe tetangga da kaweng kong pihak laki2 da ba harta 75 juta, jadi qt musti lebe dari itu kata supaya ndak bekeng malu. doh lama lama ta so malas moo ba fikir kaweng, tau tau batungan jo trus! Kong bermain jadi papa' deng mama', sama kwa' depe sadap. Sempat tafikir pa qt moo sebunting kasana supaya mau tidak mau musti moo se kaweng, mar depe orang tua so ancam pa qt, dong da se baca akang pasal pasal tentang hamil di luar nikah, sampe ancaman hukuman pencabulan, kalo so bagini sapale brani moo ba rupa rupa!".Mendengar cerita dari maman, membuat  gue tertawa terbahak bahak, karena memang apa yang di katakan maman itu benar. perkawinan harusnya didasari oleh cinta, bukan harta,pangkat ataupun jabatan. "Hedeeh" Kehidupan di kota ini memang sangat lucu," sasadiki baku tindis, kalo di sabla anak mantu kadis pe anak, noh disini musti sekot pe anak, disabla anak mantu bupati pe anak, disni musti gubernur pe anak! Lama lama somo gila samua ni orang dari ndak moo  kaweng kaweng".


 Melihat realita yang terjadi di kota ini, membuat gue yakin bahwa udah terjadi pergeseran adat yang sangat parah, bahkan adat "baku tindis" ini bisa menghancurkan moral para pemuda di kota ini, karena adat "Baku tindis " tak punya landasan yang jelas! adat ini sudah Mengenyampingkan sifat manusiawi dan malah  mengedepankan  materialisme. Dalam kasus yang berbeda dalam adat  "baku tindis",  merka (para orang tua)berlomba lomba mencari anak mantu yang mempunyai,  Kobong (bae bae talebet baca itu), tambang mas, rumah, mobil, bahkan perhiasan mewah, (keng apaleh kalo so bagini).

   Akhirnya gue harus mengakhiri tulisan ini, menurut gue, kewarasan dalam hidup haruslah di tunjukan dalam setiap ucapan,tindakan,dan fikiran kita. Pesan gue buat para ortu yang tergolong matrealis, ingat bahwa orang besar berawal dari orang kecil,, soo... Berikan motivasi kepada anak mantu anda agar suatu saat nanti bisa menjadi orang yang besar, dan mampu membesarkan nama keluarga anda kelak. "Jang iko suru ba kuda cari doi 100 juta, sabantar moo jadi papancuri dia".... Heheheheh, thanks for read..

Catatan: - artikel ini sudah mendapat persetujuan dari narasumber  untuk di posting.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik,saran atau menggangkat topik dan cerita silahkan kirimkan saja ke alamat email ini: zamzammokodompit@gmail.com